Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengarkan kata-kata, “belajarlah yang giat”, “belajar pangkal pandai”, dan lain sebagainya. Banyak dari kita yang salah mempersepsikan belajar sebagai kegiatan yang hanya membaca buku saja, berarti orang yang rajin belajar adalah orang yang rajin membaca buku. Belajar bukanlah dalam ruang lingkup itu saja. Belajar adalah suatu proses interaksi diri yang melibatkan fisik, psikis dan lingkungan untuk mencapai tujuan , yaitu adanya perubahan yang bersifat progressif (maju) dalam ranah kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik (perilaku) (Drs. Hardika M.pd).

Sangat luas sekali definisi dari belajar ini serta proses berlangsungnya bisa dimana saja, kapan saja dan tidak terbatas oleh waktu. Dengan latar belakang itu maka muncullah suatu konsep belajar sepanjang hayat. Diamana belajar tidak terbatas ruang dan waktu. Lalu apa hubungan motivasi dengan belajar ?. Sebelum beranjak lebih lanjut, mari kita pahami konsep dari motivasi itu sendiri. Motivasi adalah dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia. Ada tiga factor yang mempengaruhi motivasi seseorang yaitu kebutuhan, dorongan, dan tujuan (koeswara, 1989; Siagian, 1989; Schein, 1991; Biggs & Telfer, 1987).

Faktor terakhir yang mempengaruhi motivasi adalah tujuan. Tujuan, cita-cita, dan visi seseorang sangat mempengaruhi motivasi. Karena hal inilah, bapak besar proklamtor bangsa Indonesia Ir Soekarno pernah berkata, “Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit”. Hal ini sangatlah benar, misalnya seorang perempuan yang bercita-cita hanya sebagai ibu rumah tangga maka motivasinya dalam bersekolah, beraktualisasi diri dan mengukir prestasi akan rendah, karena tujuan hidup bagi dia jelas sekali, hanya berkisar dapur, sumur, dan kasur (ungkapan adat jawa tradisional terhadap para perempuan). Hal tersebut akan berbeda bila kita bandingkan dengan seorang perempuan yang bercita-cita ingin jadi presiden, dia akan belajar dengan giat, mencoba aktif dalam partai-partai politik, mengukir prestasi yang bisa mengangkat harkatnya sebagai seorang wanita.
Setelah memahami hal tersebut diatas maka bisa dilanjutkan pembahasan tentang bagaimanakah pengaruh motivasi terhadap belajar. Belajar tanpa motivasi bagaiakan kendaraan bermotor tanpa bahan bakar, sehingga semewah apapun kendaraan tersebut tidak akan bisa dijalankan tanpa adanya bahan bakar. Selengkap apapun fasilitas yang dimiliki seseorang, meskipun ribuan eksemplar buku yang dia miliki, walaupun ratusan juta rupiah biaya yang dimiliki untuk pendidikan, tidak akan berpengaruh jika motivasi belajar tidak melekat didalam dirinya. Begitupun sebaliknya, seminim dan semiskin apapun seseorang apa bila motivasi belajarnya tinggi maka kekurangan didalam dirinya hanyalah kerikil kecil yang menghalangi langkah. Oleh karena itu apabila motivasi yang bersifat intrinsik (dari dalam diri) tidak dipunyai, maka motivasi ekstrinsik (dari luar diri) harus segera aktif untuk membangkitkan motivasi intrinsik tersebut.
Motivasi ekstrinsik yang paling utama adalah dari orang tua atau keluarga. Hal ini dikarenakan semenjak kecil anak bersosialisasi, menerima pendidikan (pendidikan informal) pertama kalinya adalah didalam keluarga, dan pendidikan yang diperoleh dalam keluarga ini merupakan pendidikan yang terpenting atau utama terhadap perkembangan pribadi anak (Drs. Suwarno). Banyak kita ketahui orang tua yang hanya memberikan uang kepada anaknya untuk kuliah, dilengkapinya fasilitas kendaraan bermotor, Handphone, komputer, dll. Memang benar apabila lengkapnya fasilitas akan sangat menunjang seseorang dalam belajar, namun tanpa adanya motivasi baik intrinsic maupun ekstrinsik fasilitias tersebut tidak akan berpengaruh , bahkan bisa saja disalah gunakan. Dari hal ini maka muncullah kenakalan remaja, misalnya kebut-kebutan dijalan, uang SPP untuk beli narkoba, bahkan untuk berzinah.
Dengan pembahasan yang panjang lebar tersebut diatas, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan. Belajar sebagai proses interaksi untuk mencapai tujuan akan lbeih efektif, bila ditunjang dengan motivai yang tinggi, baik yang berupa intrinsik maupun ekstrinsik. Dan orang tua adalah hal yang signifikan dalam membangkitkan motivasi seseorang.
Salam,
Yang Muda Yang Terdepan